MENGENAL ARTIKEL DAN OPINI

Apakah yang disebut sebagai artikel?
Dalam ilmu jurnalistik, artikel adalah salah satu bentuk tulisan non fiksi berisi fakta dan data yang disertai sedikit analisis dan opini dari penulisnya. Biasanya, artikel hanya menyangkut satu pokok permasalahan, dengan sudut pandang hanya dari satu disiplin ilmu.
Apakah beda artikel dengan interpretative news?
Interpretative news juga merupakan salah satu bentuk tulisan non fiksi yang juga diberi opini oleh penulisnya. Namun kalau sebuah artikel sudah bisa ditulis hanya dengan bahan data dan fakta, maka interpretative news harus berdasarkan peristiwa faktual. Kalau artikel bisa ditulis oleh siapa saja, maka interpretative news biasanya hanya ditulis oleh wartawan atau redaktur dari penerbitan bersangkutan.
Lalu, apakah yang disebut sebagi opini?
Sebuah tulisan yang memuat pendapat atau pandangan penulis dapat disebut opini. Artikel pun sampai dengan batas tertentu akan selalu memuat opini dari penulisnya. Oleh karena itu artikel biasanya juga ada dalam rubrik Opini.
Opini dapat didefinisikan sebagai tulisan dalam media cetak yang memasukkan pendapat penulis di dalamnya. Artinya, opini adalah artikel yang yang mengandung subjektivitas, bukan hanya fakta. Artikel opini, surat pembaca, dan tajuk rencana merupakan jenis-jenis opini di media massa. Artikel opini dan surat pembaca dalam surat kabar merupakan pendapat seorang pembaca terhadap suatu masalah, peristiwa atau kejadian tertentu. Sedangkan tajuk rencana (editorial) adalah opini atau pendapat redaksi media massa tersebut tentang masalah, peristiwa atau kejadian tertentu biasanya yang sedang aktual.
Terus, apa bedanya artikel dan opini?
Hingga saat ini memang masih banyak yang bingung dengan artikel dan opini. Apalagi media massa juga berbeda-beda dalam menggunakan dua hal tersebut. Ada media cetak yang secara tegas membedakan antara artikel dengan opini.  Namun ada juga media cetak yang menggolongkan artikel ke dalam rubrik opini, bersama dengan surat pembaca dan tajuk rencana. Dalam pengertian sehari-hari, kerap kali artikel dianggap sama dengan opini.  Bahkan ada juga yang menyamakan dengan kolom dan esai.  Sehingga keempat kata tersebut kerap dipertukarkan.  Penyamaan tersebut tidak sepenuhnya salah, karena memang antara artikel dan opini mempunyai beberapa kesamaan antara lain. Pertama, biasanya ditulis oleh penulis lepas, bukan wartawan. Kedua, hanya menyangkut satu pokok permasalahan dengan sudut pandang hanya dari satu disiplin ilmu. Ketiga, teknik yang digunakan umumnya deduktif – induktif atau sebaliknya.  Bisa juga menggunakan metode tesis-antitesis, maupun metode 5W 1 H laiknya membuat berita. Keempat, artikel dan opini yang dimuat di surat kabar biasanya panjang tulisannya berkisar antara 4 – 6 halaman A4 spasi ganda. Kecuali artikel yang dimuat di jurnal (ilmiah), bisanya 10 – 20 halaman A4 spasi ganda.
Namun demikian ada juga perbedaan antara opini dengan artikel.  Dalam opini, pendapat pribadi penulis (bukan analisis) lebih diutamakan.  Sehingga paparannya lebih subyektif.  Sedangkan dalam artikel, pendapat pribadi si penulis biasanya dikemukakan dalam bentuk data dan fakta tandingan yang berbeda dengan data dan fakta yang menjadi bahan tulisan.
Data dan fakta merupakan materi yang paling penting dalam sebuah artikel.  Tanpa data dan fakta yang akurat, artikel akan berubah menjadi opini.  Dengan adanya analisis serta data dan fakta tandingan tersebut, pembaca artikel diharapkan dapat mengambil kesimpulan sendiri.  Suatu artikel terkadang juga menawarkan alternatif pemecahan masalah.
Kalau Anda belum bisa membedakan dengan jelas, jangan terlalu bingung dengan masalah penggolongan artikel maupun opini.  Jangan buang waktu dengan memikirkan definisi dan teori menulis.  Segeralah saja menulis.  Tuangkan gagasan gagasanmu, kemudian kirimkan ke media cetak.  Biarkan saja media cetak yang menentukan gagasan itu akan digolongkan sebagai artikel ataukah opini.
Lalu apa bedanya dengan kolom?
Kolom adalah artikel, opini, esai atau tulisan lain oleh penulis tertentu atau bahkan tetap, yang diberi ruang (rubrik) yang tetap pula. Kolom atau penulisnya biasa disebut kolomnis atau kolumnis adalah salah satu rubrik di media massa yang biasa diisi oleh orang tertentu untuk jenis tulisan yang membidik tema tertentu. Misalnya seperti di rubrik “resonansi” Harian Republika. Itu bisa disebut kolom. Juga tulisan-tulisan Bung Karni Ilyas tentang hukum ketika beliau masih di Majalah Forum Keadilan. Itu juga kolom. Selain karena penulisnya tetap atau tertentu, juga isinya lebih fokus membidik tema-tema yang sama meski beda pembahasan. Atau yang mungkin familiar adalah Catatan Pinggir Pak Goenawan Mohammad di MBM TEMPO. Itu contoh kolom di media massa.
Tajuk rencana (editorial)
Tajuk rencana (editorial) adalah opini berisi pendapat dan sikap resmi suatu media sebagai institusi penerbitan terhadap persoalan aktual, fenomenal, atau kontroversial yang berkembang di masyarakat. Opini yang ditulis pihak redaksi diasumsikan mewakili redaksi sekaligus mencerminkan pendapat dan sikap resmi media yang bersangkutan.
Tajuk rencana mempunyai sifat :
1. Krusial dan ditulis secara berkala, tergantung dari jenis terbitan medianya bisa harian (daily), atau mingguan (weekly), atau dua mingguan (biweekly) dan bulanan (monthly).
2. Isinya menyikapi situasi yang berkembang di masyarakat luas baik itu aspek sosial, politik, ekonomi, kebudayaan, hukum, pemerintahan, atau olah raga bahkan entertainment, tergantung jenis liputan medianya.
3. Memiliki karakter atu konsistensi yang teratur, kepada para pembacanya terkait sikap dari media massa yang menulis tajuk rencana.
4. Terkait erat dengan policy media atau kebijakan media yang bersangkutan. Karena setiap media mempunyai perbedaan iklim tumbuh dan berkembang dalam kepentingan yang beragam, yang menaungi media tersebut.
Karena merupakan suara lembaga maka tajuk rencana tidak ditulis dengan mencantumkan nama penulisnya, seperti halnya menulis berita atau features. Idealnya tajuk rencana adalah pekerjaan, dan hasil dari pemikiran kolektif dari segenap awak media. Jadi proses sebelum penulisan tajuk rencana, terlebih dahulu diadakan rapat redaksi yang dihadiri oleh pemimpin redaksi, redaktur pelaksana serta segenap jajaran redaktur yang berkompeten, untuk menentukan sikap bersama terhadap suatu permasalahan krusial yang sedang berkembang di masyarakat atau dalam kebijakan pemerintahan.
Maka setelah tercapai pokok- pokok pikiran, dituangkanlah dalam sikap yang kemudian dirangkum oleh awak redaksi yang telah ditunjuk dalam rapat. Dalam Koran harian bisanya tajuk rencana ditulis secara bergantian, namun semangat isinya tetap mecerminkan suara bersama setiap jajaran redakturnya. Dalam proses ini reporter amat jarang dilibatkan, karena dinilai dari segi pengalaman serta tanggung jawabnya yang terbatas.
Karakter dan kepribadian pers terdapat sekaligus tercermin dalam tajuk rencana. Tajuk rencana juga mencerminkan dari golongan pers mana media tersebut berasal. Tajuk rencana pers papan atas (middle-high media) atau pers yang berkualitas misalnya memiliki ciri di antaranya :
1. Hati-hati
2. Normatif
3. Cenderung konservatif
4. Sedapat mungkin menghindari pendekatan kritis yang tajam
5. Pertimbangan aspek politis lebih besar dari aspek sosiologis
Namun tajuk rencana dari golongan pers papan tengah ke bawah (middle-low media) berlaku sebaliknya. Ciri tajuk rencana pers papan tengah adalah :
1. Lebih berani
2. Atraktif
3. Progresif
4. Tidak canggung untuk memilih pendekatan kritis yang bersifat tajam dan “tembak langsung”
5. Lebih memilih pendekatan sosiologis daripada pendekatan politis
Perbedaan yang cukup tajam ini karena perusahaan pers papan atas biasanya memiliki kepentingan yang jauh lebih kompleks daripada pers papan tengah ke bawah. Kepentingan yang sifatnya jauh lebih kompleks itulah yang mendorong pers papan atas untuk lebih akomodatif dan konservatif, baik itu dalam kebijakan pemberitaan, serta pernyataan pendapat dan sikap resmi dalam tajuk rencana yang dibuatnya. Itulah konsekuensi logis pers modern sebagai industri padat modal sekaligus padat karya. Kecenderungan perbedaan yang dimiliki oleh pers baik papan atas maupun papan bawah ini juga berlaku universal hampir di semua negara, yang memiliki latar belakang ideologi serta kepentingan yang berbeda-beda.

Sumber : KLIK DISINI 

Komentar

Postingan Populer