DE OMNIBUS DUBITANDUM

"DE OMNIBUS DUBITANDUM". Demikian sebuah kalimat penting yang beberapa pekan ini terlintas di benakku, setelah mendengar penuturan Pak Handono di kelas Metode Penelitian Bisnis. Kalimat tersebut kurang lebih bermaksud menyatakan agar kita selalu mempertanyakan apa yang kita yakini sebagai sebuah kenyataan dan fakta. Sebab apa yang kita yakini benar atau fakta barangkali merupakan sebuah rekayasa pikiran kita yang dipacu oleh 
situasi yang kita lihat, atau pernyataan orang yang kita dengar.

Banyak kali kita, kerap menganggap bahwa apa yang kita lihat dan kita dengar sebagai sebuah kebenaran. Lebih rumit lagi ketika kebenaran tersebut kita tangkap tanpa proses pengujian lebih lanjut melalui rasionalitas yang teruji pula. Konsekuensinya kita menggunakan "Kebenaran" itu sebagai sebuah sikap dalam menghadapi orang-orang disekitar kita. Jiwa dan pikiran yang labil membuat kita mudah menerima setiap masukan yang direspon melalui pikiran kita. Ada dua kemungkinan bahwa kita menjadi kerap ngotot dengan apa yang kita yakini atau yang kedua kita mudah terombang ambing dan tidak bisa memasang jangkar prinsip kita.

Beberapa kali saya mengalaminya atau menemukan teman yang terjebak dalam situasi ini. Beberapa kali saya mudah berubah pikiran dan membuat orang di sekitar saya pusing tujuh kali tujuh keliling. Begitu pula ketika teman saya yang demikian, giliran saya yang pusing tujuh turunan. Acapkali jalan pikiran yang kurang logis menyesatkan kita dan membuat kita hidup dalam ketidakjelasan.

Untuk menghadapi situasi ini, maka kalimat latin diatas tampaknya patut kita jadikan sebagai sebuah pegangan dalam merespon situasi di sekitar kita. Mengujinya sebelum kita jadikan sebagai sebuah kebenaran bagi diri kita. Agar jangan sampai kita terjebak. Hendak menyatakan diri kita sebagai putih diantara hitam, tapi kita lupa menanggalkan warna hitam diri kita. Selamat mencoba.

Sumber: http://sembirink.blogspot.com/

Komentar

Postingan Populer